Pak de harjo mempunyai 2 orang anak laki-laki, anak pertama bernama saiful anam, yang lebih akrab disebut kang ipul, dia merantau di ibu kota, usaha toko computer yang dirintisnya maju pesat, sedangkan anak kedua bernama ahmad yasin, berbeda dengan kakaknya, yasin lebih memilih hidup dikampung dekat dengan orang tuanya, meski tidak 1 rumah. Yasin aktif mengajar ngaji anak-anak tiap habis maghrib, pagi sampai sore dia habiskan untuk mencari nafkah menjadi tenaga serabutan.
Suatu hari kedua anak ini sowan kepada orang tuanya, pak de harjo memandangi kedua anaknya,
“ipul, kenapa wajahnmu murung? Adakah sesuatu yang membuat gundah hatimu?”
“saya lagi bingung abah,bingung mencari dana pinjaman”.
Kemudian ipul menceritakan dengan detail perihal usahanya, toko komputernya dapat tawaran kerja sama menjadi importer tunggal merk laptop yang sudah terkenal, dengan syarat harus mempunyai modal awal yang lumayan banyak. Saat ini dia baru mempuyai suntikan modal 500 juta dari tabungannya sendiri, sedangkan yang dibutuhkan 1 milyar.
“jadi kamu mau pinjam serifikat rumah dan tanah abah untuk mengajukan kredit ke bank?”
“kalau abah tidak keberatan”.
“buka