Senin, 16 Maret 2009

Indonesia di Posisi Strategis Pengembangan Astronomi Dunia

Minggu, 2009 Maret 08

. Minggu, 2009 Maret 08

Wilayah Indonesia yang berada di belahan bumi selatan dengan transmisi frekuensi radio yang masih rendah dinilai strategis dalam pengembangan astronomi dunia."Posisi Indonesia sangat bagus karena dilingkari oleh negara-negara yang memiliki pengamatan luar angkasa yang bagus seperti Australia, Jepang dan Selandia Baru," kata mantan Presiden Perhimpunan Astronomi Internasional (IAU), Prof Dr Ronald D. Ekers, dalam kuliah umum pada Olimpiade Astronomi dan Astrofisika (IOAA) II di Bandung, Senin.

Olimpiade berlangsung 19-28 Agustus 2008 diikuti oleh 95 orang peserta dari 25 negara.Olimpiade yang dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 20 Agustus itu melombakan observasi, analisis data, dan teori astronomi.Doktor astronomi lulusan Universitas Nasional Australia (ANU) tahun 1967 itu menyatakan bahwa Indonesia bisa menjadi bagian penting dalam kerja sama untuk mengembangkan astronomi dunia.

Dalam orasi ilmiah berjudul "The Big Bang, Black Holes, Pulsars, and Extraterrestrial Life", Ekers yang bekerja di "The Australia Telescope National Facility" (ATNF) menekankan bahwa penelitian astronomi akan berkembang bila banyak informasi untuk dianalisis.

"Penelitian astronomi dari infomasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis bukan sebuah hasil eksperimen," katanya.

Salah satu upaya untuk mengungkap misteri angkasa luar dilakukan berbagai cara, salah satunya dengan mengembangkan teleskop dengan berbagi media mulai dari gelombang radio, infra merah, kosmik dan sinar-X.

Ilmuwan Ekers mengatakan pembangunan teleskop radio tercanggih dengan kemampuan penginderaan tinggi SKA (Square Kilometre Array) yang mendeteksi berbagai gelombang memerlukan kerja sama yang melibatkan negara-negara di seluruh belahan bumi.

Dengan penempatan teleskop berdaya tangkap tinggi di berbagai negara di belahan bumi maka kerja perangkat penginderaan itu akan bekerja lebih maksimal dalam melihat berbagai obyek yang belum teridentifikasi di alam semesta.

Sementara itu Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman menyatakan, Indonesia perlu memaksimalkan dan memanfaatkan berbagai kelebihannya terutama dalam posisi geografi di langit selatan.

"Sumber daya kita perlu didorong, sehingga di astronomi bisa berkembang dan makin baik," katanya.

Menristek menegaskan, peluang Indonesia untuk membangun dan memiliki teleskop baru cukup terbuka meski tidak mudah untuk merealisasikannya.

Pada kesempatan itu Menristek minta agar keberadaan Observatorium Boscha di Lembang tetap terjaga.

Menurut Kusmayanto, idealnya dalam radius lima kilometer dari Boscha terbebas dari pembangunan berbagai sarana fisik.

"Boscha harus dijaga, jangan ada pembangunan di sana karena menimbulkan polusi cahaya yang dapat mengganggu proses pengamatan. Perlu dukungan semua fihak agar fasilitas itu tetap bisa berfungsi optimal," katanya menambahkan.

sumber:
Antara

Tidak ada komentar:

Comments

Photobucket