Minggu, 05 April 2009

Harga BBM Berpeluang Turun Rp500 Lagi


MI/HIMANDA AMRULLAH

JAKARTA--MI: Pembatalan pemangkasan kuota produksi organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dalam sidang di Wina, Austria 15 Maret lalu, membuat harga minyak dunia kembali merosot di kisaran US$40-US$43 per barel. Kondisi ini membuat harga keekonomian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi kembali menjejak di kisaran Rp3.900 per liter.

"Saat ini kita bisa mendorong pemerintah agar kembali menurunkan harga bbm menjadi Rp4.000 per liter. Hal ini disebabkan biaya pokok BBM tinggal Rp3.900 per liter, sehingga kalaupun menjual Rp4.000 per liter pemerintah masih mendapat untung Rp100 per liter," ujar pengamat perminyakan Kurtubi, di sela Seminar Prosfektif Bisnis Migas, Perbankan dan Otomotif di Jakarta, Selasa (17/3).

Menurut Kurtubi, harga keekonomian ini sudah termasuk pajak pertambahan nilai (PPn) 10% dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor 5%. "Dengan menjual di kisaran ini, dengan harga ini pun APBN tidak akan terbebani," ujar Kurtubi.

Saat ini yang bisa dilakukan OPEC adalah meningkatkan kepatuhan anggotanya terhadap komitmen total kuota pengurangan produksi 4,2 yang telah disepakati hingga akhir September 2008 lalu.

"Saat ini tingkat kepatuhan anggota OPEC hanya sekitar 80%, jadi mereka akan berusaha supaya semua anggota bisa secara maksimal mematuhi kesepakatan tersebut. Upaya ini yang pada akhirnya diharapkan akan membawa harga bisa merangkak ke level US$60," ujar Kurtubi.

Kondisi itu akan dimanfaatkan para pedagang (trader) minyak mentah untuk mengambil keuntungan dengan cara melakukan aksi beli saat harga minyak turun dan akan menjual saat pasokan minyak dunia mulai berkurang sehingga harga naik lagi.

"Hanya saja kekuatan trader ini hanya akan membuat harga crude berada di ekuilibrium US$45 per barel sebab harga minyak dunia hanya akan berkisar antara US$37 hingga maksimal US$45 per barel," papar Kurtubi.

Meski 3 kali penurunan harga premium dan 2 kali penurunan harga solar ini sejak akhir 2008 lalu belum juga mampu meringankan beban hidup masyarakat, Kurtubi meyakini penurunan kali ini akan memiliki dampak positif. "Karena menjelang pemilu ini pemerintah pasti berupaya menstabilkan distribusi barang dan jasa untuk menjaga harga-harga tidak melonjak. Selain itu perekonomian akan menggeliat seiring aktifitas kampanye partai politik. Jadi penurunan Rp500 lagi itu akan sangat berarti untuk meningkatkan daya beli masyarakat," ujar Kurtubi.

Sementara itu menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro, meski OPEC batal menurunkan kuota produksi belum menjamin harga crude akan serta merta turun kembali secara drastis. "Kita harus hati-hati saja, karena saat ini harga minyak dunia maupun produk BBM di pasar internasional masih terus fluktuatif. Hal ini membuat pemerintah tidak akan gegabah membuat keputusan untuk mengubah harga BBM saat ini," ujar Purnomo.

Meski harga keekonomian premium saat ini mungkin kembali turun, Purnomo mengaku belum mengetahui besarannya. Sebagai gambaran, menjelang sidang OPEC lalu harga keekonomian premium sempat menyentuh kisaran Rp5.442 per liter.

"Karena kita kan ingin harga minyak mentah itu rendah supaya tidak muncul beban subsidi BBM, sedangkan OPEC ingin agar harga crude itu tetap tinggi," ujar Purnomo.

Sebagai negara pengekspor minyak mentah yang sekaligus menjadi salah satu importir minyak mentah dan BBM, Indonesia megalami kesulitan dengan orientasi OPEC ini. "Karena itu kita keluar dari OPEC," pungkas Purnomo. (JJ/OL-03)

Tidak ada komentar:

Comments

Photobucket