Senin, 20 Juni 2011

Apakah Hutang Juga Rejeki?

Pak de harjo mempunyai 2 orang anak laki-laki, anak pertama bernama saiful anam, yang lebih akrab disebut kang ipul, dia merantau di ibu kota, usaha toko computer yang dirintisnya maju pesat, sedangkan anak kedua bernama ahmad yasin, berbeda dengan kakaknya, yasin lebih memilih hidup dikampung dekat dengan orang tuanya, meski tidak 1 rumah. Yasin aktif mengajar ngaji anak-anak tiap habis maghrib, pagi sampai sore dia habiskan untuk mencari nafkah menjadi tenaga serabutan.
Suatu hari kedua anak ini sowan kepada orang tuanya, pak de harjo memandangi kedua anaknya,
“ipul, kenapa wajahnmu murung? Adakah sesuatu yang membuat gundah hatimu?”
“saya lagi bingung abah,bingung mencari dana pinjaman”.
Kemudian ipul menceritakan dengan detail perihal usahanya, toko komputernya dapat tawaran kerja sama menjadi importer tunggal merk laptop yang sudah terkenal, dengan syarat harus mempunyai modal awal yang lumayan banyak. Saat ini dia baru mempuyai suntikan modal 500 juta dari tabungannya sendiri, sedangkan yang dibutuhkan 1 milyar.
“jadi kamu mau pinjam serifikat rumah dan tanah abah untuk mengajukan kredit ke bank?”
“kalau abah tidak keberatan”.
“buka
nnya abah keberatan, tapi abah hanya menasihati, wahai anak-anakku, hutang memang tidak dilarang, namun hutang juga bukan sesuatu yang dianjurkan, karena disana ada kemungkinan kita kesulitan untuk mengembalikannya, apalagi hutang dibank yang memakai system bunga, kalau tidak bisa membayar cicilan tepat waktu,bisa jadi bunganya melebihi dari jumlah yang kita pinjam.”
“kalau sudah begini, kita akan mencari-cari alasan, akhirnya kebohongan demi kebohongan akan menghiasi lisan kita”.
“Nabi Muhammad SAW selalu berlindung dari hutang yang tidak mampu dibayarkan, seperti hadits ini ;
خْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي صَفْوَانَ قَالَ حَدَّثَنِي سَلَمَةُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ عَطِيَّةَ وَكَانَ خَيْرَ أَهْلِ زَمَانِهِ قَالَ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثَرَ مَا يَتَعَوَّذُ مِنْ الْمَغْرَمِ وَالْمَأْثَمِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَكْثَرَ مَا تَتَعَوَّذُ مِنْ الْمَغْرَمِ قَالَ إِنَّهُ مَنْ غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ
(NASAI – 5359) : Telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Utsman bin Abu Shafwan ia berkata; telah menceritakan kepadaku Salamah bin Sa’id bin ‘Athiah -ia adalah orang yang paling baik di masanya- ia berkata; telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Az Zuhri dari ‘Urwah dari ‘Aisyah ia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam paling sering berlindung dari hutang yang tak terbayar dan sesuatu yang menyebabkan dosa. Aku pernah bertanya; “Wahai Rasulullah, kenapa engkau sering berlindung dari hutang yang tak terbayar?” beliau menjawab: “Sebab orang yang berhutang, ia akan banyak berbicara lalu berdusta, berjanji lalu mengingkari.”
Kang ipul dan adiknya mendengarkan nasihat abah mereka dengan seksama. Ditengah-tengah perbincangan yang hangat, ibunda merka keluar dari ruang dapur dengan membawa 3 gelas kopi dan sepiring singkong rebus yang masih mengepul.
“jangan ngobrol saja, ini kopi sama singkong kesukaan kalian, monggo bah dinikmati”
Yasin menyongsong ibundanya dan mengambil alih nampan yang dibawa ibundanya.
“sini umi biar yasin yang bawa”
“o…iya leee…. Kapan acara puputan anakmu?”
“insya Alloh besok malam umi, kedatangan saya memang untuk mengabarkan berita bagus ini.”
“syukurlah kalau begitu,abah dan umi tidak bisa membantu apa-apa lee, Cuma bantu do’a, semoga anak-anakmu, cucu-cuku abah dan umi menjadi anak-anak yang sholih-sholihah.”
“amiin… do’a abah dan umi merupakan anugerah yang tidak bisa dinilai dengan materi, terima kasih abah….terima kasih ummi.”
Pasca persalinan anak keduanya, yasin kelimpungan mencari duit untuk membayar biaya persalinan dan biaya untuk kenduri puputan sekaligus memberi nama anaknya. Setiap kali istrinya bertanya ,
“bagaimana abi, apakah biayanya sudah dapat?”.
“insya Alloh, duitnya masih ditangan orang, semoga sebelum jatuh tempo, sudah ada ditangan kita”.
Mengapa yasin menjawab begitu? Benarkah dia mempunyai uang yang dipinjam orang? Sebenarnya dia tidak mempunyai harta yang dipinjam orang, namun dia yakin rejeki untuk anak dan istrinya pasti lewat tangan makhluk-Nya. Dia yakin akan tiba saatnya Allah mengutus makhluk-Nya untuk membagikan rejeki yang saat ini sangat dibutuhkannya.
Yasin tidak tega mengatakan yang sesungguhnya, dia membesarkan hati istrinya, usaha dan do’a tidak pernah ia tinggalkan, tiap habis sholat dia selalu membaca do’a yang diajarkan oleh abahnya ;
اَللّهُـمَّ يَاغَنِيُّ يَاحَمِيْد يَامُبْدِئُ يَامُعِـيْد يَارَحِـــيْمُ يَاوَدُوْدُ وَاغْنِنِيْ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَــرَامِكَ وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْـصِيَّتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“ Ya Alloh … wahai yang Maha Kaya, wahai Dzat yang dipuja, wahai yang menciptakan, wahai yang menghidupkan kembali, wahai penyayang,wahai sang penyayang, perkayalah hamba dengan anugerah halalmu, jauhkan kami dari rejeki laranganmu, dan limpahkan kepadaku keta’atan kepada-Mu, jauhkan kami dari maksiat kepada-Mu, limpahi kami dengan anugerah-Mu, jauhkan kami dari selain-Mu.”
Alhamdulillah 1 hari sebelum jatuh tempo tagihan biaya persalinan, ada salah seorang temannya yang meminta bantuan kepada yasin untuk menukarkan uang asing yang dikirim oleh saudara temannya dari luar negeri. Setelah yasin berhasil menukarkannya dia iseng bertanya.
“apakah uang ini kamu butuhkan dalam waktu ini?”
“tidak kang yasin, uang ini akan saya tabung, sementara ini belum akan aku pakai.”
“apa boleh aku pinjam 700 ribu?”
“boleh saja kang”.
Begitulah yasin bersyukur dapat pinjaman 700 ribu, 500 ribu untuk membayar bidan yang membantu persalinan istrinya, 200 ribu untuk biaya syukuran puputan anaknya. Sedangkan ipul dengan 500 juta ditangan masih merasa kurang karena yang dibutuhkan 1 milyar.
“anak-anakku …. hutang juga termasuk bagian dari rejeki, namun demikian berlindunglah dari hutang yang tidak mampu kita bayar. dan ketahuilah … rejeki yang denganya kamu merasa cukup itu lebih baik, semoga Alloh menganugerahkan kepada kita rejeki yang demikian”. Perbicangan malam itu ditutup dengan do’a oleh pak de harjo.
Ipul kembali pulang ke rumahnya dengan rasa syukur dan berniat menjalankan usahanya dengan modal apa adanya tanpa hutang dari bank, yasin pulang dengan wajah ceria, sambil mencari-cari nama yang baik untuk anak keduanya.(zid)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

jkbjklblkj

Comments

Photobucket